Jumat, 15 Juni 2012

Malu-Mu Berharga


""Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." [QS. al-Mai'dah (5) : 2]"


Akhir-akhir ini terkadang dalam pergaulan antara akhwat dan ikhwan mulai terjadi pelanggaran-pelanggaran batas-batas pergaulan. Misalnya seorang ikhwan yang berbicara sangat dekat dengan seorang akhwat, atau dua aktivis rohis yang belainan jenis kelamin sering berjalan berduaan (pulang pergi bersama) sehingga tampak seperti orang pacaran dan bahkan ada yang mengira mereka pasangan suami istri. atau seorang akhwat yg terkesan tidak bsa mnjaga batasannya dgn ikhwan, seperti mncri kesempatan untuk lebih sering berinteraksi dengan ikhwan ketimbang dengan akhwat. Hal ini tentu meresahkan kerena selain dapat merusak kinerja dakwah bahkan dapat timbul fitnah seperti di atas.

            Pelanggaran batas-batas pergaulan ini biasanya disebabkan karena hal-hal di bawah ini:

1.   Belum mengetahui batas-batas pergaulan ikhwan akhwat

2.   Sudah mengetahui namun belum memahami

3.   Sudah mengetahui namun tidak mau mengamalkan

4.   Sudah mengetahui dan memahami namun tergelincir karena lalai.


Menjaga pergaulan dengan lawan jenis memang bukanlah hal yang mudah karena fitrah laki-laki adalah mencintai wanita dan begitulah sebaliknya. Hanya dengan keimanan yang kokoh dan mujahadah sajalah yang membuat seseorang dapat istiqomah menjaga batas-batas ini.

Berikut ini adalah contoh-contoh pelangaran yang masih sering terjadi yang dikhawatirkan dapat memicu timbulnya virus merah jambu sehingga meningkat sampai tahap pacaran:

1.     Pulang berdua, contoh usai rapat rohis/organisasi karena pulang ke arah yang sama maka akhwat pulang bersama ikhwan berdua saja.

2.     Rapat berhadap-hadapan, hal seperti ini sangatlah cair dan rentan timbulnya ikhtilath (pencampuradukan ikhwan akhwat)

3.      Tidak menjaga pandangan, karena bisa saja dapat menimbulkan zina mata. Bukankah ada ungkapan dari mata turun ke hati?

4.      Duduk2/jalan berduaan, hal ini dapat menimbulkan fitnah dari orang lain sekalipun sebenarnya alasan berduaan karena berdiskusi namun tetap saja tampak seperti orang pacaran.

5.      “men-tek” untuk menikah, ada pula ikhwan yang belum lulus kuliah men-tek seorang akhwat untuk menikah dengan alasan takut keburu diambil (dikhitbah/dinikahi) orang lain padahal tak jelas juga kapan menikahnya.

6.      Menelepon yang tidak penting, menelepon dan mengobrol tak tentu arah padahal tidak ada nilai urgensinya atau tidak ada hubungnnya dengan urusan dakwah.

7.      SMS tidak penting, saling berdialog via SMS mengenai hal-hal yang tak ada kaitannya dengan dakwah sampai-sampai pulsa habis sebelum waktunya

8.      Berbicara mendayu-dayu, contoh ucapan akhwat seperti “deuu si akhi antum bisa aza dehh...” dengan nada terdengar manja dan disertai dengan tertawa kecil.

9.      Bahasa yang terlalu akrab, misalnya seperti bahasa SMS yang terlalu akrab seperti “oke deh pak fulan, yang penting rapatnya lancar khan. Kalau gitchu ga usah ditunda lagi yach ok dech. CU ^_^”. Meskipun sudah beraktivitas bersama, ikhwan akhwat bukanlah pasangan suami isteri yang bisa mengakrabkan diri karena bahasa SMS seperti ini dapat menimbulkan bekas di hati pengirim dan penerima SMS.

10.  Curhat, curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian timbul permainan hati seperti virus merah jambu yang bisa mengganggu tribulasi dakwah.

11.  Chatting yang tidak urgent, chatting, dengan YM misalnya, boleh-boleh saja hanya saja bila pembicaraanya melebar dan menyimpang dari fokus dakwah, khalwat virtual bisa saja terjadi.

12.  Bercanda ikhwan akhwat yang berlebihan, ikhwan akhwat bercanda berdua sambil tertawa-tawa. Bahkan mungkin karena terlalu banyak syetan, sang akhwat hampir saja mencubit lengan sang ikhwan.

Dan bisa jadi semua kejadian itu disebabkan karena kita masih sibuk menghiasi penampilan dengan jilbab lebar panjang atau dengan janggut dan celana yang menggatung, namun kita lupa menghias akhlak. Kita sibuk berhiaskan simbol-simbol islam namun lupa substansi islam. Kita berkutat mengahafal materi islam namun tidak fokus pada tataran pemahaman dan pengaamalan. terkadang hal-hal seperti itulah yang menghadirkan pertanyaan untuk diri kita sendiri :

1. apakah aku tidak malu hanya  menjadi orang yang tahu tapi tidak bisa mengamalkan?

2. apakah aku tidak malu dengan cover diriku yang berjilbab panjang, atau berjanggut dgn celana menggantung?

3. apakah aku tidak malu menjadi pribadi yang bisa bercuap2 panjang lebar tapi tidak bisa mengaplikasikan?

4. apakah aku tidak malu berada dalam naungan (rohis/organisasi) tempat aku berdiri, seolah menjadi penegak syariat islam, tapi sebenarnya aku malah mencampakan islam?

5. apakah aku tidak malu dengan menjadi pribadi yang seperti ini?

6. Apakah aku tidak malu dengan sang khalik pencipta pribadi ini?




1.      Harus menutup aurat yakni seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan untuk wanita dan dari pusar hingga lutut untuk pria. Hanya saja syarat-syarat penutup aurat untuk wanita yaitu kain tidak boleh tipis, tidak boleh tembus pandang, tidak boleh ketat, dan tidak boleh menyerupai pakaian laki-laki. Dan yang paling penting kerudung harus bisa menutup dada.

2.      Menundukkan dan menjaga pandangan bila berpapasan dengan lawan jenis, bila berbicara juga harus menjaga pandangan. Namun tidak harus selalu menundukkan muka ke tanah ketika berjalan sampai-sampai menabrak dinding. Mungkin dapat disiasati dengan melihat ujung-ujung jilbab atau dengan mata semu/samping.

3.      Ketika berbicara dengan lawan jenis harus yang tegas namun tidak dengan nada membentak dan tidak pula mendayu-dayu. Yang penting lawan bicara mengerti apa yang kita ucapkan.

4.      Tidak boleh berdua-duaan (khalwat). Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang bersama mahramnya, karena yang ketiga adalah syetan.” (HR Rahmat). Berdua-duaan dengan lawan jenis sangat berbahaya karena yang ketiganya adalah syetan yang dapat menggoda untuk membuat ikhwan akhwat yang berdua-duaan melakukan hal yang mendekati zina. Bila berinteraksi alangkah baiknya lebih dari dua orang serta yang diperbincangkan tidak bersifat pribadi atau hal-hal lain seperti curhat.

5.      Berdialog baik dengan bicara langsung maupun via telepon atau SMS hanya yang penting-penting saja dan sebisa mungkin berhubungan dengan urusan dakwah serta tidak terlalu sering. namun tetap menjaga komunikasi yang sewajarnya (tahu batasan dan tidak berlebihan)

6.      Menggunakan hijab bila sedang rapat yang diikuti ikhwan dan akhwat. Selain untuk menjaga pandangan dan konsentrasi, juga menghindari ikhtilath. Bila belum mampu menggunakan hijab, dibuat jarak yang cukup antara ikhwan dan akhwat. Selain itu rapat juga tidak boleh diadakan sampai malam mengingat biasanya ada jam malam untuk akhwat.


mencoba untuk mensiasati hal-hal yang sebenarnya bisa kita hindari, atau melakukan hal-hal yang memang sesuai syariat atau tahu batasan, paling tidak hal tersebut menunjukan bahwa kita pribadi yang tidak hanya sekedar tahu tapi juga bisa mengaplikasikan, meskipun dikatakan "janganlah melihat siapa yang menyampaikan, tapi lihatlah apa yang disampaikan" tapi akan jauh lebih baik kita bisa mengatakan dn jg melakukan..

saatnya KITA bertanya pada diri ini, bagaimana aku hari ini? dan semoga KITA tak hanya sekedar mempertanyakan dan juga menyadari kesalahan, tpi juga berusaha berbenah diri dengan memperbaiki kesalahan.. jangan biarkan diri ini menikmati perjalanan di atas bara api..



Sumber : https://www.facebook.com/notes/yusrina-fitriani-ns/budaya-membaca-hhihi-_-memulai-dari-hal-kecil-hingga-besar-malumu-berharga/10150980294120135

Lalu bagaimana adab pergaulan ikhwan akhwat yang seharusnya? Berikut ini adalah adab-adab pergaulan dengan lawan jenis yang bukan muhrim (saudara sedarah):