Sabtu, 25 Februari 2012

Pacaran? Kamu Masih SMA, Nak !!!

Tap! Tap! Tap! Terdengar suara langkah kaki Bekha dan Pak Kepsek menyusuri koridor sekolah SMA N 4 Pematangsiantar. Di tangannya terlihat banyak buku-buku dan seragamnya pun hitam putih sama seperti guru PPL lainnya. Yap! Bekha memang sedang melakukan PPL di sekolahan itu, sebelumnya dia meminta pada kepala sekolah agar ditempatkan mengajar Bahasa Inggris pada kelas X saja, karena dia kurang sanggup mengajar kelas XII yang pasti lebih rewel.
Tok! Tok! Tok! Pak Kepsek mengetuk salah kelas  X-A dan di dalamnya terlihat murid-murid sedang duduk rapi mendengarkan penjelasan dari Bu guru Golda. Bu Golda segera keluar dan menyambut Pak Kepsek. Di luar kelas mereka bertiga berbicara serius. Kurang lebih lima menit Pak Kepsek dan Bu Golda meninggalkan Bekha sendiri untuk segera mulai mengajarnya.
“Semangat, yah!!” Kata Pak Kepsek menyemangati.
“Ha? Eh, iya… Iya…” Terlihat Bekha sangat gugup sekali.
Kemudian dia berbalik badan dan bola matanya yang indah membesar begitu memandang pemandangan kelas. Barisan murid yang duduk rapih tadi segera buyar seperti kapal pecah. Ada yang lempar-lemparan kertas, ada menggosip, ada yang main gitar dan ada yang mengunyah. Hah! Betapa terkejut Bekha memandang situasi ini. Bekha masuk perlahan.
“Anak-anak… Tenang semua… Kita mulai belajar…” Kata Bekha pura-pura santai. Tetapi tidak ada satu anak pun yang peduli.
“Huft… Apa-apa ini ya Tuhan…” Gumam Bekha. “Baiklah, nama saya Rebekha Simanjuntak… Saya kuliah di Univ. Nomensen Medan…” Bekha mencibirkan bibirnya saat menyadari bahwa celotehnya tidak ada yang mendengarkan satu pun. “Hei! Boleh diam bentar ga?” Pinta Bekha dengan nada agak kuat namun tetap saja ternyata anak-anak bebal itu tak mendengarkannya. Tiba-tiba… Phuk!
Sebuah bakwan bersarang di kepalanya. “Hah!!!” Bekha terkejut dan segera menepis bakwan dan mencari tahu siapa yang melemparkannya. Tetapi anak-anak di dalam kelas tersebut tertawa terbahak-bahak bahkan ada yang memukul-mukul meja.
“OMG… Aku ga tahan kalo begini…” Gumam Bekha kemudian bergegas ke luar.
Di dalam toilet…
“Ya, Tuhan… Aku ga ngerti dweh. Aku pikir memilih kelas satu itu lebih baik dari pada memilih ngajar di kelas tiga atau dua… Hiks… Mana rambut jadi kena minyak-minyaknya bakwan lagi. Haddooohh… Menyebalkan!!! Aaarrggghhh!!!” Jerit Bekha. Bekha suka sekali drama Korea, makanya dia menjerit itu karena terbiasa nonton drama Korea. Hihihi…
Beberapa menit kemudian, Bekha keluar dari dalam toilet dan berjalan bak seorang pahlawan. Dia kembali ke dalam kelas dan mencoba tersenyum lebar, apalagi begitu melihat anak-anak tiba-tiba saja sudah duduk rapih.
“Anak-anak yang manis…” Gumam Bekha berpura-pura padalah dalam hati dia sudah sangat jengkel.
Dengan santai dia duduk dan tetap menunjukkan senyum keterpaksaan pada anak-anak yang bandel. Tangannya merogoh-rogoh dalam tas. Dan… AAARRRGGGHHH!!! Bekha mencampakkan tasnya ke lantai dan belasan kodok berlompatan.
“Huahahahhahahaha!!!” Tawa anak-anak sambil memukul-mukulkan meja. Mata Bekha sudah berkaca-kaca menyadari kehadirannya sebagai guru PPL tidak dihargai.
“Kalian kok bandel, sich?” Tanya Bekha dengan suara bergetar.
“Lho? Kok Bu Golda yang jelek digantiin sama Bu Guru yang cantik? Asikk!!” Pekik seseorang yang mengenakan pakaian SMA. Siapa lagi kalau bukan murid yang terlambat, namun tanpa tahu malu dia segera mengulurkan tangan pada Bekha.
“Hai bu… Namanya siapa? Aku Andre… Ibu???” Tanyanya sok kompak.
“Eh… Bekha…” Bekha melihat keadaan kelas ini semakin aneh dan ingin lari keluar saja menembus tembok kelas.
“Heiii!!! Kalian!!! Kalo ada yang berani gangguin Bu guru cantik ini. Berurusan sama saya!!!”Jerita Andre dengan suara bergema. Murid-murid yang lain terlihat ketakutan. Hmmm… Sepertinya Andre adalah preman di kelasnya. Andre segera memungut tas Bekha dan memberikannya.
“Ini bu… Kalo ada masalah apa-apa… Tinggal kasih tau sama aku… Aku si Andre, si pejuang cinta sejati…” Katanya  dengan gaya pahlawan bertopeng Sinchan. Terdengar cekikikan pelan dari teman-teman sekelas.
Bekha segera mencari inhaler dan menaruhnya ke hidungnya. Kejadian di kelas pagi ini membuatnya sangat sesak nafas. Perkenalan macam apa ini? Huft…
***
“Murid-muridnya baik, Bu…?” Tanya Bu Golda.
“Eh… Eh… Baik, bu…” Kata Bekha berpura-pura.
Bekha segera berlalu dan memasuki kelas yang lain namun sebelum dia masuk Andre mencegatnya di koridor sekolah.
“Pagi, bu…” Sapanya sok kompak.
“Pagi…” Jawab Bekha sekenanya lalu berlalu memasukii kelas yang lain dan ternyata kelas itu lebih berisi anak-anak yang baik ketimbang kelas yang disambanginya kemarin pagi.
“Lho? Bu, ga kelas saya?” Tanya Andre keheranan.
“Hanya Jumat…” Jawab Bekha cuek.
“Huft…”
Siang harinya di kantin sekolah. Andre kelihatan seperti memikirkan sesuatu sementara teman-temannya yang lain sibuk mengunyah. Tiba-tiba Andre memukul meja dan membuat semua makanan di atas meja melompat.
“Heh! Kenapa?” Tanya Hans pada Andre.
“Hmmm… Kalian tahu ga apa itu cinta pada pandangan pertama…???” Tanyanya dengan nada serius.
“…” Teman-teman ga jawab sama sekali.
“Sepertinya aku lagi jatuh cinta nih…” Kata Andre.
“APA???!!!” Pekik teman-temannya.
“Ho’oh…” Angguk Andre. “Dan sayangnya cinta itu berbunga hanya hari jumat aja. Ooohh… Nasibku yang malang…” Gumamnya sambil menatap langit-langit kantin.
“Sabar…” Hans menepuk pundak ANdre.
“Ibu Bekha… Aku suka sama dia…”
“Apa???” Pekik teman-temannya lagi.
“IYA!!!” Jawab Andre dengan penuh semangat.
***
Hari-hari dijalani Bekha dengan penuh ketekunan. Sebagai guru PPL pastinya dia harus punya wibawa walaupun pada kenyataanya murid-muridnya bandel semua. Sudah satu bulan Bekha berada di sekolahan itu untuk mengajar, ada suka dan ada duka. Walau pada kenyataanya lebih banyak duka.
“Aaaarrrrgggghhh!!!” (Lokasi X-A, Jumat pagi yang cerah: Lagi dikerjain, permen karet di roknya.)
“Aaaaarrrrgggggghhhhhh!!!” (Lokasi X_A, Jumat pagi yang cerah:  Ada laba-laba mainan di dalam kotak kapur.)
“Aaaaaarrrrrrrgggggghhhhhhh!!!” (Lokasi X-A, Jumat pagi yang cerah: tempat duduknya jeblok sendiri.)
Dan yang terakhir saat bell berbunyi, Andre segera mengejar Bekha yang beranjak dan pergi keluar. Diikuti dengan teman-temannya yang lain.
“Ibu… Facebooknya apa? Nomornya berapa?” Tanya Andre tanpa sungkan sedikit pun.
“Hah??? FB udah deaktif… Kalo nomer… Uummm, itu privasi…” Jawab Bekha sekenanya dan berlalu.
“Yah, Ibu… Bu… Plisss…” Kejar Andre.
“Andre… Jangan memaksa…” Bekha memperingati, wajahnya kesal namun tak melirik sedikitpun kearah Andre.
“Bu…” “Bu…” “Bu…” Panggil Andre si anak badung.
“IBUUUUU……… AIIII   LAAAPPPYUUUUUUU……..!!!!!!!!!!!!!” Jerit Andre dan suaranya bergema-gema membuat seluruh penghuni sekolah memandangi  Bekha dan Andre.
“Hah!!! Gak nyangka…!!!” Bekha segera mendekat sambil memandang dengan garang si Andre.
“0852 7071 8803… Jangan teriak lagi! Plis… Kalo teriak lagi, saya bakal bunuh diri di depan kamu. Hiks…” Bekha berlalu sambil menunduk-nunduk malu dipandangi orang-orang.
Sejak diberikan nomer HP pada Andre, HP Bekha selalu berdering. Bekha harus sabar menerimanya, sekedar membalas SMS2 gombalnya dengan emot :)
Ibu cantik…
Met pagi…
Ibu? Ngajar di X-B?
Liat aku dijendela…
Lagi dadaaahh dadahhh
Hati-hati di jalan bu
byk pencopet
pencopetnya aku
mencopet hati ibu
eeeaaaaa
bu, malam mingguan sama aku
sama temen2 yg lain jugakok
mau yah mau yah?
bu balasss donkkk…
bu… pacaran yuk?
***
“Pak… Saya mau berhenti, Pak. Mending saya cari sekolah lain saja. Nanti saya konfirmasi ke kampus saya…” Kata Bekha seketika sambil menangis.
“Lho? Bu…? Jangan begitu dong. Emangnya ada apa?” Tanya Pak Kepsek.
“Anak kelas X-A nakalnya ga ketolongan, Pak… Saya ga tahan… Apalagi si Andre itu. Dia ga sopan, bisa-bisanya dia suka sama saya.”
Sepertinya keputusan Bekha sudah bulat lalu dia mengambil banyak barang-barangnya. Pak Kepsek dan Bu Golda hanya bisa menatap pilu. Anak kelas X-A yang sudah memasang jebakan buat Bekha malah melihat Bekha berjalan ke arah gerbang.
“Heiii!!! Bu Bekha kok ga masuk ke kelas?” Tanya Tia pada teman-temannya yang lain.
Semua murid di dalam kelas langsung terdengar gaduh dan berserak keluar dari kelas mengejar Bekha. Terlihat Andre tidak mengejar malah menaiki anak tangga.
“Ibuu…” Pekik murid-murid yang lain.
Bekha menoleh dan menyadari dirinya diserbu oleh anak-anak badung. Bekha mempercepat langkahnya. Namun beberapa murid menahannya.
“Maafin kami, bu…” Murid kelas X-A tertuduk lemah saat menyadari kesalahannya. “Bu, nanti kami bisa dapet hukuman dari Pak Kepsek. Kasihani kami, Bu…”
“Kalian ini…” Bekha geleng-geleng kepala. “Ibu mau cari sekolah yang punya murid-murid ga bandel seperti kalian.” Kata Bekha lalu berlalu, tapi langkahnya tertahan begitu mendengar jeritan-jeritan anak perempuan yang memandang ke atas tingkat.
“HAH???” Betapa terkejut Bekha saat menyadari ada Andre di atas loteng sekolah.
“Kalo Ibu pergi… Lebih baik Andre lompat aja…” Kata Andre lantang.
Beberapa guru beserta Kepsek berkumpul di tengah lapangan basket. Murid-murid yang mengerubungi Bekha pun ikut khawatir dan berlari mendekati halaman basket meninggalkan Bekha yang terbodoh-bodoh di bibir gerbang sekolah.
“Jangan, Ndre…” Kata teman-temannya yang ada di bawah.
“Ga mau…” Kata Andre sambil berjalan makin ke tepi.
“Andreee…!!!” Seru Bekha sambil berlari-lari medekati lapangan basket dan terpaksa pandangannya harus menantang sinar matahari yang menyilaukan. “Turun, nak...” Kata Bekha sambil ketakutan.
“Tapi…” Andre terlihat menunduk dan menimang-nimang apakah disudahinya gertakannya?
“Okey… Ibu ga jadi keluar… Asalkan kalian semua berubah” Kata Bekha. Teman-teman yang lain hampir saja menjerit ksenangan namun ditahan juga.
“…” Andre diam seribu bahasa, sok manja.
Okey… Sekali lagi… Ibu mau malam mingguan sama kamu…” Kata Bekha tegas walau penuh keterpaksaan.
“APA? Serius bu? Horeee!!!” Pekik Andre seperti orang kesetanan dan dia pun turun dari tangga berlari-lari lalu memeluk Bekha diikuti dengan murid-murid lainnya membuat Bekha sesak nafas.
“Adddooohhh… Pasti ini ngerjain, nih…” Kata Bekha keheranan melihat serbuan murid-muridnya membuat Pak Kepsek dan guru-guru lainnya ketawa cekikikan.
Sejak saat itu Bekha mulai menerima nasib harus berbesar hati menerima siksaan dari murid-muridnya di hari jumat. Namun saat ini dia tidak marah-marah lagi. Dia yakin bahwa murid-muridnya itu adalah anak-anak yang baik dan sangat menyayanginya hanya saja mereka salah mengekspresikannya.
***
“Kali ini Ibu memang betul-betul harus pulang ke Medan. Khan udah 3 bulan di sini…” Kata Bekha di hadapan murid-muridnya X-A yang paling disayang dari semuanya walau paling nakal.
“Hiks… Ibu… Bisa-bisa kangen setengah mati nih kami…” Tangis Dea.
“Bu… Dosa kami kebanyakan yah? Maafin kami, Bu…” Kata Doni.
“Bu… ai lappyuuu…” Kata Andre.
“Andre, jangan gitu… Kamu harus sopan sama Ibu. Biar Ibu sayang sama Andre…” Kata Bekha tegas.
“Uuuppss… Maaf…” Andre tertunduk lemah.
“Baiklah… Kalian bagus-bagus belajarnya yah…” Bekha berjalan meninggalkan mereka.
“Buuu… Pacaran sama Andre dong Bu…” Panggil Andre tanpa malu-malu.
“Pacaran? Kamu masih SMA, nak…!” Kata Bekha berbali badan dengan ekspresi yang datar.
“Yahhh… Ibu…” Andre terlihat kecewa. “Bu… Jadi kalo Andre udah tamat, Andre pacaransama Ibu yah…”
“Hah? Hihihihi… Kalo kamu udah tamat, Ibu mungkin sudah menikah…” Bekha tertawa cekikikan.
“Yah… Nasibbb…”
Bekha pun berjalan meninggalkan sekolah itu dengan penuh pelajaran berharga yang didapatnya. Dia hanya bisa tersenyum mengingat kebodohannya menghadapi anak-anak itu dengan cara ngambek. Anak-anak labil itu membawa kenangan tersendiri buat Bekha…
“Ah, dasar anak-anak labil…” Gumamnya…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar