Sabtu, 25 Februari 2012

True Love

True Love
Ditengah pelajaran biologi yang berlangsung dan gaduhnya suasana kelas X.1 SMAN 1 Barabai, pintu kelas diketuk oleh seorang dewan TU bersama seorang anak sebaya kami, hmm… Tepatnya seorang murid baru.
Dewan TU dan murid baru itu berjalan menuju bapak Fauzi Achsanuddin yang sedang mengajar. Semua anak cewek di kelas gue menatap murid baru itu tanpa kedip sekali- pun. Dalam hitungan detik, cowok ini udah menjadi idola baru SMAN 1 Barabai. Badannya yang tinggi semapai, sangat selaras dengan body-nya yang ngedukung. Kulitnya yang putih, dadanya yang bidang, sorot matanya yang tajam, bola matanya yang cokelat, dan alisnya yang tebal, serta hidungnya yang bangir, membuat orang- orang nggak bakalan ngerasa puas saat menatapnya. Ditambah lagi dengan wajahnya yang very cute, membuat dia nyaris menjadi sesosok cowok sempurna.
Perkenalan-pun berlangsung dengan waktu yang cukup pendek. Hanya dengan mengenalkan nama dan alamat rumah, lalu siswa baru itu duduk ke kursi yang kebetulan kosong dari semester awal.
Nama siswa baru itu adalah… Rizky Ageng Bayu Prasetyo, nick name is Bayu.
Setelah itu… Pelajaran dilanjutkan kembali…
Kelas X.1 yang tadinya gaduh sesaat sebelum adanya murid baru, dan sepi saat datangnya dia, kini menjadi heboh luar biasa dengan tawa yang menggelegar dari penjuru sudut ruangan, huahahaha…
Why?!? Semua ini karena bapak Fauzi Achsanuddin, atau guru biologi terfavorit di SMAN 1 Barabai sedang ngegambar 6 buah benda sensitif cewek, yakni… Gunung- gunung atau bukit- bukit yang nempel di dada gals, tapi dengan ukuran yang berbeda- beda. Hmm… Sebut aja dengan inisial SS. Dah pada ngerti kan? Hehe…
Sambil nerangin pelajaran yang sedang dibahas and melanjutkan apa yang sedang beliau gambar, bapak ketawa sambil cengengesan… Hmm, siapa- pun yang ngelihat gambaran bapak di papan tulis, pasti bakal ngakak, dijamin deh…
Tapi… Sesaat kemudian pada waktu nerangin tentang itu, bapak Fauzi terhenti sejenak, beliau menegur salah seorang siswa, tepatnya seorang siswa baru pindahan dari SMAN 2 Barabai.
“Hoi Bayu, kamu itu denger penjelasan bapak nggak seh? Mata kamu emang liat ke depan, tapi sorotnya lihat ke tempat laen. Kamu ngelamun, kan? Emang apa yang sedang kamu pikirkan? Hmm… Coba jawab, apa pengertian kata ‘oma’ dalam kalimat‘hibridoma’?” Seru bapak Fauzi terhadap murid baru itu.
Secara gelagapan, Bayu menjawab, “Eee… Gue nggak ngelamun, Pak! Jawabnya tumbuh, kaleee…”
Mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya Bayu, seisi ruangan ini kembali riuh kayak semula. Salah seorang anak menyelutuk, katanya, “Pas… Salah! Hehe…”
Pak Fauzi mulai garuk- garuk kepala yang nggak gatel, pertanda bingung dengan jawaban yang dilontarin oleh Bayu.
“Salah… Salah… Salah… Jawaban kamu salah!” Kata pak Fauzi.
Ditengah ributnya suasana kelas X.1, ada seorang anak yang juga ngomong, kata anak itu, “Pak! Gue tau arti ‘oma’, jawabnya adalah isterinya opa!” Katanya yang ngebuat suasana menjadi semakin ribut atau riuh bin gaduh.
“Diem… Diem! Nah… Buat semua anak- anak di kelas ini, khususnya Bayu, jangan lagi ngelamun. Karena ini bukan saatnya dan bukan tempatnya! Ok, kita kembali lagi ke materi pembahasan kita hari ini. Hmm… Yang dimaksud dengan ‘oma’ itu adalah kanker. Trus… Yang dimaksud dengan kanker itu adalah pertumbuhan sel secara terus- menerus. Kalau kanker itu memiliki masa pertumbuhannya yang lambat, maka dapat disebut dengan kanker ringan atau tumor. Hmm… Dah pada ngerti, kan?” Kata pak Fauzi.
Semua anak- anak diem, suasana saat ini berbanding terbalik dengan waktu sebelumnya, atau tepatnya 5 menit sesaat Bayu ngejawab pertanyaan dari bapak Fauzi.
Tak terasa bel tanda pulang sekolah berbunyi…
Gue bergegas memasukkan buku kedalam tas, titik- titik air yang berjatuhan dari langit, mulai membasahi bumi. Gue berjalan menuju parkir motor yang terletak didepan kelas gue. Tepat di atas jok motorku, ada seorang cewek yang sedang duduk bersama seorang cowok, mereka itu adalah temen yang satu kelas ama gue. She name is Noviyana,and he name is Rian Bhakti Mandala.
Tanpa banyak basa- basi, gue udah ada di depan motor milik gue. Saat itu, tanpa gue sadari… Ada seorang cowok yang berjalan ke arah gue. Hmm… Ternyata cowok itu adalah siswa baru yang suka ngelamun. Coba tebak, siapa? Yap, tepat banget cowok itu adalah Bayu.
Saat mendekat, Bayu ngomong ke gue, “Eh… Sorry numpang nanya, nama loe siapa?” Katanya seraya ngulurin tangan kanan untuk berjabat.
“Eka!” Sahut gue.
Lalu… Dari alam bawah sadar, gue berjalan meninggalkan cowok cute itu. Entah suruhan darimana hingga gue melangkah pergi…
Kaki gue terhenti di depan kelas X.3. Gue manggil- manggil nama temen gue, “Lusy… Lusy… Kita pulang yuk… Cepetan gih! Udah rintik- rintik neh…” Kata gue.
Lusy keluar dari kelas, kami menuju parkiran motor… Cowok yang tadi gue tinggalin tanpa kata pamit, kini telah tiada dari tempat tadi. Saat gue mau pulang, gue melihat sosoknya ada di samping laboratorium bahasa sambil menatap gue.
Saat sampai di rumah, gue naroh motor di garasi, ningalin helm di atas kotak, lepasin sepatu saat kaki beranjak ke tangga rumah.
Dalam hitungan menit, tak terasa gue telah berada dalam kamar. Gue ngerasa bahwa kamar gue ini adalah surga dunia bagi gue… J
Gue ngambil ponsel gue yang di taroh di atas meja belajar… Pada layar ponsel tertulis 5 missed call’, yang pertanda ada orang yang menghubungi gue. Gue liatin nomor yang tertera pada layar, but… reality this number not list in my contact.
“Hmm… Siapa yah?” Gue membatin.
Jemari tangan gue mulai mengetik keypad ponsel untuk mengirimkan semuahshort message service, atau yang biasa disebut SMS, ke nomor itu.
Sorry… Who’s this? Who are you? What happen?” Isi sms pertama gue…
“Ma’af kalau ganggu… Bener kan ini nomornya Eka?” Balasan dari sms yang barusan gue kirim.
“Yap… Emang kamu siapa seh?” Balas gue.
“Coba tebak… Gue temen sekelas loe!”
“Hmm… Dedy, bener nggak?”
“Salah… Gue bukan Dedy, bukan juga Adi!” Balasnya.
Gue terhenyak saat membaca sms darinya… Seingat gue, cowok di kelas X.1 yang punya ponsel cuman 2 orang…
“You doesn’t tell about yours… Who you are… If you doesn’t want to tell, don’t hope I will reply ur sms in another time… This is the deal…” Sms balasan dari gue.
“Ma’af… gue nggak ngerti… Maksudnya apa?” Balasnya.
Gue makin terhenyak saat membaca sms balasan darinya, gue kepikiran kalau yang punya nomor ini tulalit, duh…
“Loe itu siapa seh? Kalau loe nggak beritahu gue, jangan harap gue bakal balas sms loe lagi…” Balas gue.
Selang beberapa menit kemudian… Ponsel gue berdering. Jemari tangan gue meraih ponsel yang sedari tadi gue letakin di meja belajar… Lalu gue tekan ‘ok’ dan menempelkannya ke telinga.
“Allow… Assalamu’alaikum” Sapa gue.
“Allow juga… Wa’alaikum salam” Sahutnya.
“Loe siapa?” Tanya gue.
“E… e… e… Gue Bayu!” Jawab orang yang nelpon.
“Emang loe Bayu mana seh?”
“Gue temen sekelas loe!”
“Seingat gue… Di kelas gue nggak ada yang namanya Bayu…”
“Loooh… Lupa yah? Gue murid yang baru masuk SMAN 1 Barabai tadi pagi…” Katanya.
“Ooo…” Mulut gue membentuk huruf alfabetis yang ke-15.
“Salam kenal dari gue. Loe lagi ngapaen neh?” Katanya.
“Gue lagi dengerin music… Yap, salam kenal balik! Hmm… Udah dulu yah, gue mau mandi dulu neh, bentar lagi pengen jalan. Assalamu’alaikum…”
“Wa’alaikum salam” Sahutnya seraya menutup perbincangan via telepon.
Walaupun satu kelas, gue nggak pernah senyum ke dia, apalagi negur. Sebagian temen- temen juga bilang kalau gue ini kelewat cuek bin jutek.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan berganti bulan…
Setelah sekitar 2 bulan nggak pernah bertegur sapa ama Bayu, hari ini… Dia nelpon gue.
Katanya, “Allow… Assalamu’alaikum…”
“Allow juga… Wa’alaikum salam… Ada apa?” Sahut gue.
“Hmm… Ntar sore gue mau ke rumah loe, boleh nggak?” Tanya Bayu.
“Emang ada apa?” Jawab gue.
“Pokoknya… Ada deeeh! Boleh nggak?”
“Boleh… Jam berapa?”
“Mungkin sekitar jam 5 ntar sore, loe tunggu gue yah!”
“Ok!”
Pembicaraan kami terhenti sampai situ, karena mbok Yem mengetuk pintu kamar gue.
Tepat jam 5 sore… Bayu datang ke rumah gue… Tampangnya yang kelewat imut, (kayak marmut, hehe… J) membuat gue menatapnya tanpa kedipan walau hanya sekali, (duuuh… segitunya!).
Dia memulai pembicaraan dengan ngomong, “Hai…”
“Hai juga… Ada apa?” Tanya gue.
“Boleh nanya nggak?” Bayu balik nanya ke gue.
“Hmm… Boleeeh! Kan sampai sekarang belum ada undang- undang yang ngelarang orang untuk mengajukan pertanyaan.” Sahut gue.
“E… e… e… Eka udah punya cowok nggak?” Tanya Bayu, dengan penuh kegugupan yang menyelimuti dirinya.
“Emang kenapa?” Gue balik nanya.
“Jawab dulu…” Sahutnya.
“Gue udah putusan 2 minggu kemarin…” Jawab gue.
“Ma’af kalau gue terlalu lancang… Loe mau nggak jadi pacar gue?” Tanya Bayu penuh harap.
“What?!? Loe ngomong apa? Sore- sore koq becanda? Hehe…” Sahut gue.
“Gue nggak becanda… Loe mau nggak jadi pacar gue?” Tanya Bayu mengulangi pertanyaan yang dia ajukan barusan.
“Emang loe serius? Apa coba yang bisa buat gue percaya?” Gue nanya balik.
“Loe ke dapur gih… Ambilin gue pisau…” Jawabnya.
“Loooh… Koq minta diambilin pisau, emang mau apa?” Gue nanya lagi.
“Tadi loe minta bukti, kan? Bayu balik nanya ke gue…
“Yap… Tapi pembuktian nggak harus makai pisau… Gue nggak pengen loe luka!” Sahut gue.
“Emang kenapa?” Bayu nanya balik.
“Gue nggak tega aja! Ya udah deh… Gue percaya!” Sahut gue saat duduk di teras rumah. Di hati gue nggak ada sedikitpun terbesit niat untuk beranjak ke dapur buat ngambil pisau…
“Kayaknya loe percaya- nya karena terpaksa!” Kata Bayu.
“Hmm… Nggak!” Jawab gue.
“Trus… Kapan loe bisa ngejawabnya?” Bayu nanya lagi.
“Emang loe pengennya kapan? Seminggu? Sebulan? Setahun? Sepuluh tahun? Atau…” Gue nanya balik.
“5 hari… Bisa nggak?”
“Bisa kaleee…”
“Nggak ah! Kelamaan… 3 hari aja!”
“Loooh… Koq nawar gitu seh? Up to you pengennya kapan?”
“Besok aja gih…”
“Tuh kan, nawar mulu!”
Kami ketawa bareng… Hehe J
Akhirnya… Bayu pulang ditengah hujan lebat yang sedang mengguyur kota Barabai.
Besoknya… Bayu kembali ke rumah gue sesuai dengan janji kami kemarin…
“Gimana jawabnya?” Tanya Bayu.
“Hmm… Gimana yah? Kalau gue nggak nerima loe, kita masih bisa jadi temen kan?” Gue balik nanya.
Bayu terdiam… Gue natap wajahnya, manik bening dari kedua bola matanya hampir membasahi pipinya… Gue terhenyak menyaksikan ini…
“Ma’af…” Desis gue.
Wajah Bayu yang tadinya menunduk, kini terangkat dan menatap gue dengan sorot matanya yang tajam.
Gue menunduk…
“Jadi… Loe nolak gue?” Tanya Bayu.
Kini… Gue yang terdiam sesaat, lalu…
“Gue nerima loe! Hehe…” Sahut gue seraya tertawa.
“Serius nggak?” Tanya Bayu.
“Yap… “
“Becanda neeeh!”
“Beneran!”
“Koq ketawa seh?”
“Emang kagak boleh?!? Sampai sekarang kan belum ada undang- undang yang nge- larang orang buat ketawa!”
“Bener serius yah?” Bayu nanya lagi buat nge- pasti- in jawaban gue barusan.
“Yo’i, tapi ada 1 syarat n 1 janji, gimana? Ok?” Sahut gue.
“Ok… Syarat n janjinya apa?” Kata Bayu.
“Hmm… Syaratnya, loe jangan pernah macam- macam ama gue. Trus… Janjinya, kalau lagi di kelas, kita nggak perlu sering- sering ngobrol, sanggup?” Tanya gue.
“Yap… Demi loe, apapun gue sanggup!” Jawabnya.
Hari ini… Gue resmi jadian ama Bayu.
Dua tahun kemudian, Gue dan Bayu masuk AKABRI di Jawa Tengah, Semarang. Kami menjalani pendidikan selama 3 tahun… Dan alhamdulillah kami lulus dengan predikat baik, serta menyandang pangkat letnan II.
Setelah pelantikan… Kami sama- sama di tugaskan di Kapoltabes Jawa Barat, Bandung.
Sampai saat ini… Hubungan kami masih berjalan dengan baik, tanpa ada halangan yang berarti… Gue berharap semoga dia adalah cinta terakhir gue and untuk selamanya…
The end… J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar